Desiana
Dien Nurchalifah [16513242]
Nur
Adhianti [16513278]
Intan Anisa
Rossain [16513290]
Noor
Azizah Rahmafani [16513128]
=======================================================================
KISAH
SUKSES
Indra
Noviansyah – salah satu contoh sukses pengusaha muda yang konsen pada
pengolahan sampah. Pengusaha asal Pontianak ini mengawali usaha pengelolaan
sampah di Jakarta. Indra melakukan pengolahan sampah dengan menggunakan plastic crusher (penggiling sampah) yang
ditempatkan di sejumlah lokasi. Proses ini difokuskan pada sampah plastik,
yakni mulai bekas botol air mineral, tutup botol, hingga gelas air mineral.
Sebelum proses penggilingan, sampah dipilah terlebih dahulu berdasarkan jenis
dan warnanya. Hasil penggilingan nantinya dijemur dan dimasukkan dalam karung.
Karena
Pontianak belum memiliki pelabuhan internasional, maka hasil olahan sampah yang
akan dikirimkan ke sejumlah negara (salah satunya China) terlebih dulu dibawa
ke Jakarta dengan berat minimal 10 ton agar tidak mengalami kerugian shipping.
Setelah dikurangi biaya pembelian, penyortiran, penggilingan, dan biaya
pengiriman, dari 10 ton keuntungan yang didapatkan bisa mencapai ratusan juta
rupiah. Harga penjualan di luar negeri lebih mahal dibandingkan dengan di
Indonesia.
Dalam sehari, sampah yang bisa
dikumpulkan paling banyak dapat mencapai 1 ton sampah. Alternatif lain untuk
mendapatkan sampah yakni dengan menggunakan konsep bank sampah. Caranya, dengan
membeli sampah yang telah terkumpul di tong sampah khusus bahan plastik yang
ditempatkan di sejumlah gang-gang pemukiman di Pontianak . Atau dengan cara merangkul para siswa. Yakni,
dengan menempatkan tong sampah di sekolah-sekolah. Para siswa ini dikoordinir
pengurus OSIS untuk mengumpulkan
sampah-sampah plastik.
Menurut
Indra, pengolahan sampah ini selain berdampak positif pada kebersihan
lingkungan juga akan mendapatkan keuntungan secara ekonomi.
Belajar
dari Negara Maju
Belanda
Setiap
rumah tangga di Belanda memiliki tempat sampah yang diberi nama KLIKO, yang
terdiri dari tiga tempat sampah. Kliko hitam untuk sampah basah, hijau untuk
sampah dari taman (seperti sisa-sisa tanaman, ranting pohon, maupun tanah),
sementara biru untuk sampah berupa kertas dan karton. Setiap rumah tangga harus
patuh pada peraturan ini. Bila tidak, pada saat tertentu bisa diadakan kontrol
oleh Polisi Lingkungan yang mendatangi rumah yang melanggar, dan diberi denda
bila perlu.
Pengambilan
sampah oleh truk sampah dilakukan bergilir tiap minggu, bila minggu ini kliko
hitam, maka minggu depannya kliko hijau, minggu depannya lagi kliko biru,
begitu seterusnya. Semalam sebelumnya, kliko-kliko tersebut dibawa oleh setiap
rumah tangga yang memiliki sampah di tempat penampungan khusus.
Gambar
kliko. Sumber http://2.bp.blogspot.com
Truk
sampah didesain khusus untuk kliko tersebut, dimana tukang sampah tak menyentuh
sampah, dan sampah tidak berceceran di jalanan. Pembakaran sampah akan terkena
denda yang cukup besar.
Setelah
semua sampah terkumpul, maka Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak di tanah
lapang, tapi di pabrik sampah. Sampah-sampah tersebut didaur ulang dan
dimanfaatkan untuk kepentingan lain.
Baju-baju
bekas dikirim ke yayasan atau negara yang mengalami bencana alam.
Tanggung
jawab kebersihan kota ditangani penuh oleh Dinas Lingkungan Kota dengan mobil
penyapu jalan.
Semua
got berada di bawah tanah sehingga semua limbah buangan rumah tangga langsung
dialirkan lewat got-got bawah tanah tersebut.
Di
kota-kota besar yang memiliki kanal seperti Amsterdam, Den Haag, dan Utrecht,
kanal-kanal tersebut dijaga kebersihannya dengan alat-alat keruk khusus.
Teknologi
Maju (Hi-Tech) di Bidang Persampahan
Tempat
sampah yang berada di pusat kota dibuat sedemikian rupa sehingga bila tempat
sampah sudah penuh, maka sampah-sampah akan jatuh ke lubang yang kemudian
dialirkan lewat pipa bawah tanah. Dengan alat automatis (mungkin semacam rel berjalan) yang
menggerakkan sampah dengan kecepatan 60 km perjam sampai ke tempat pembuangan
akhir. Sistem ini sudah diterapkan di Kota Almere, Provinsi Flevoland.
Gambar
diambil dari quavac.com
Jepang
Di
Jepang, setiap rumah membuang sampah wajib berlangganan ke perusahaan pengelola
sampah kota. Apabila tidak berlangganan, tidak bisa membuang sampah.
Sampah
yang dibuang di Jepang harus dikemas oleh kantong plastik khusus dari kota.
Sampah
yang diberikan harus dipisah. Kalau tidak dipisah, sampahnya akan dikembalikan
ke rumah pemiliknya. Tukang sampah memeriksa isi plastik sampah. Kalau tidak
dipisah, sampah akan ditinggal atau dikembalikan ke pemiliknya karena bukan
tugas mereka untuk memisahkan sampah.
Pemisahan
sampah tidak hanya dua kategori, organik-anorganik tetapi bisa lima sampai
enam. Sampah terbakar, sampah tidak terbakar, sampah dapur, sampah daur ulang
seperti sampah kertas, sampah kaleng, sampah kaca, sampah botol, dan sampah
elektronik. Pemisahan tergantung peraturan masing-masing daerah.
Rahasia
sukses : pertama, tingginya kesadaran masyarakat akan masalah sampah seperti
program daur ulang dan betapa pentingnya pengelolaan sampah. Kedua, membangun rasa malu di tengah
masyarakat sehingga selalu membuang sampah pada tempatnya. Ketiga, memberikan
program edukasi yang massif dan agresif dilakukan sejak dini melakukan
pengajaran dan memberikan pelatihan cara membuang sampah sesuai dengan
jenisnya.
Program
Daur Ulang Sukses, Swedia Terpaksa Impor Sampah
Kebijakan
pemerintah dan budaya masyarakat yang mengerti arti kebersihan dan energi,
membuat Swedia menjadi negara maju dalam pengelolaan sampah. Dalam data
statistik Eurostat, rata-rata jumlah sampah yang menjadi limbah di negara-negara
Eropa adalah 38 persen. Swedia berhasil menekan angka itu menjadi hanya satu
persen.
Pengelolaan sampah di
Swedia selalu mengedepankan bahwa sampah merupakan salah satu resources yang
dapat digunakan sebagai sumber energi. dasar pengelolaan sampah diletakkan pada
minimasi sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan
sampah itu didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang sudah sangat tinggi.
Landasan kebijakan Swedia, senyawa beracun yang terkandung dalam sampah harus
dikurangi sejak pada tingkat produksi. Minimasi jumlah sampah dan daur ulang
ditingkatkan. Pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi
secara signifikan.
Sehingga,
kebijaksanaan pengelolaan sampah swedia antara lain meliputi: Pengurangan
volume sampah yang dibuang ke TPA harus berkurang sampai dengan 70 % pada tahun
2015. Sampah yang dapat dibakar (combustible waste) tidak boleh dibuang ke TPA
sejak tahun 2002. Sampah organik tidak boleh dibuang ke TPA lagi pada tahun
2005. Tahun 2008 pengelolaan lokasi landfill harus harus sesuai dengan
ketentuan standar lingkungan. Pengembangan teknologi tinggi pengolahan sampah
untuk sumber energi ditingkatkan.
Kebijakan dari
pemerintah yang didukung kesadaran dan budaya masyarakatnya adalah kunci sukses
dari project ini. Gagasan pemerintah yang terbilang matang diikuti eksekusi
yang berjalan baik. Pemerintah merangsang pengumpulan sampah dengan memberikan
insentif sebagai biaya pengumpulan sampah. Masyarakat juga rajin memisahkan
sampahnya dan tidak menimbunnya di rumah karena pemerintah memberikan akses
yang sangat mudah ke stasiun/tempat pengumpulan sampah. Selain itu pemerintah
juga melakukan berbagai kampanye untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat.
Pemerintah Swedia
juga menetapkan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan masalah sampah pada
para produsen. Produsen harus bertanggung jawab penuh terhadap sampah yang
dihasilkannya, terutama perusahaan pengemasan, koran atau percetakan, produsen
ban, mobil, alat-alat listrik dan elektronik. Para produsen ini selain hanya
menghasilkan barang juga perlu memikirkan bagaimana caranya mengolah sampah
yang dihasilkan dari sisa produknya dan diusahakan sebisa mungkin untuk
menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan.
Selain itu,
kebijakan yang lain adalah menentukan tarif pajak yang tinggi pada TPA (landfill tax). Hal ini bertujuan agar pembuangan sampah di TPA dapat
berkurang, karena sampah yang bertumpuk di suatu area atau lahan tertentu,
dapat mengurangi kualitas tanah, air dan udara di daerah tersebut.
Swedia, negara
terbesar ke-56 di dunia, dikenal memiliki manajemen sampah yang baik. Mayoritas
sampah rumah tangga di negara Skandinavia itu bisa didaur ulang atau digunakan
kembali. Satu-satunya dampak negatif dari kebijakan ini adalah Swedia kini
kekurangan sampah untuk dijadikan bahan bakar pembangkit energinya. Karena
itulah Swedia mengimpor sampah dari negara-negara tetangga untuk diolah dan
dimanfaatkan.
Sekitar 800 ribu
ton sampah diimpor oleh Swedia dari Norwegia per tahun. Meskipun Swedia
mengimpor sampah dari Norwegia, namun dalam hal ini Swedia tidak harus membayar
sejumlah uang untuk mendapatkan sampah dari Norwegia. Justru sebaliknya,
Norwegia harus membayar sejumlah uang untuk Swedia karena telah membantu
Norwegia menanganani masalah sampah di negaranya.
|
Tidak semua jenis
sampah diimpor dari Norwegia. Sampah beracun, sampah berbahaya, abu dari proses
kremasi serta sampah yang mengandung dioksin tidak masuk dalam daftar impor
sampah. Sampah-sampah lain yang masih dapat diolah, diubah menjadi energi
dengan metode WtE (Waste to Energy). Teknologi WtE mampu mengolah dua juta ton
sampah menjadi energi panas yang di alirkan kepada 810 ribu rumah penduduk dan
energi listrik ke 250 rumah penduduk.
Selain Norwegia, Swedia menargetkan mengimpor
sampah dari Bulgaria, Rumania, dan Italia. Selain membantu Swedia dalam
menyediakan sumber energi, impor sampah ini juga menjadi solusi pengelolaan
sampah bagi negara-negara pengekspornya.
Kesuksesan Swedia dalam mengolah sampah tidak lepas dari peran
masyarakatnya. Masyarakat Swedia gemar memilah sampah , bahkan untuk jenis
sampah padat, mereka harus memilahnya kedalam 14 jenis wadah yang berbeda.
Sampah-sampah tersebut di pisahkan menjadi 14 jenis karena masing-masing sampah
membutuhkan penanganan dan pengolahan yang berbeda. Sampah makanan bisa di olah
menjadi kompos ,kertas bisa didaur ulang, baterai bisa di olah menjadi 7 bahan
kimia yang berbeda .
Pemilihan sampah di Swedia tergolong cukup
rumit. Sampah di negara ini dikelompokkan menjadi 14 jenis, yaitu: kardus,
koran, kertas perkantoran, plastik, makanan, metal, kantong belanja, botol
kaca, tiga jenis bohlam di tiga tempat terpisah, alat elektronik, dan baterai.
Sampah-sampah tersebut terpisah menjadi banyak jenis karena tiap sampah
membutuhkan proses pegolahan yang berbeda dan menghasilkan output yang berbeda
pula. Sebagai contoh: Baterai bisa diolah menjadi tujuh bahan kimia yang
berbeda melalui serangkaian proses, sedangkan sampah rumah tangga yang bersifat
organik, 100% akan diolah menjadi pupuk dan diberikan kepada petani.
Sumber:
Swedia :
Belanda dan Jepang :
PS: terjadi error pada blog lama; tugas sebelumnya pada http://ever1995.wix.com/dianne95/apps/blog